ASII dan Kinerjanya yang Mulai Cemerlang?
Siapa yang tidak kenal Astra
Internasional Tbk. (ASII) ? Sangat jarang investor yang sudah berinvestasi di
pasar modal Indonesia yang tidak
mengenal ASII. Bahkan masyarakat biasa
ketika saya menyebutkan merek seperti “ Honda, Toyota, Astra”, maka secara
langsung mereka akan tahu. Namun mungkin banyak yang masih belum mengetahui
bahwa merek-merek yang saya sebutkan diatas merupakan merek dari kendaraan yang
dipasarkan oleh Astra Internasional Tbk (ASII) ini.
Market Share (pangsa pasar)
dari ASII sendiri sangat besar (bisa dikatakan sebagai market leader di sektor
ini) karena untuk kendaraan roda 4 saja hingga juni 2017 mencapai 56% dan
kendaraan roda 2 mencapai 74%. Hal ini berkat sumbangsih terbesarnya dari
penjualan merek Toyota dan Honda.
Selain dari sektor otomotif ASII
juga memiliki bidang usaha di sektor lainnya seperti di sektor perbankan ASII
sendiri memiliki anak usaha yaitu Bank Permata Tbk yang juga terdaftar di Bursa
Efek Indonesia dengan kode BNLI. Di sektor konstruksi ASII memiliki PT Acset
Indonusa Tbk (ACST), di sektor pertambangan (lebih tepatnya penjualan alat-alat
berat dibidang pertambangan) ada PT United Tractors Tbk (UNTR), di sektor CPO
ada PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), Sektor IT ada PT Astra Graphia Tbk
(ASGR), dan masih banyak lagi.
Dari banyaknya anak usaha
ASII hanya sektor otomotif yang mendominasi terhadap sumbangsih kinejra
perusahaan (karena ini memang bisnis utama perusahaan), sedangkan yang non otomotif
masih kecil sumbangsihnya. Meski
sumbangsih non auto terhadap kinerja keseluruhan perusahaan masih kecil
dibanding sektor auto, namun pada pertengahan 2017 ini sektor non-auto mulai
menunjukkan peningkatan dimana pada tahun ini saja sektor auto menyumbangkan
sebesar 65% terhadap penghasilan komprehensif perusahaan atau turun dari tahun
lalu yang sebesar 85%. Sedangkan untuk sektor non-auto meningkat dari 15% pada
tahun lalu menjadi 35% pada pertengahan
tahun ini.
Ini artinya (jika ini
berlanjut dengan konsisten) maka kinerja perusahaan sebetulnya lebih disokong
oleh sektor non-auto (meski secara keseluruhan sektor auto masih mendominasi). Tidak
bisa dipungkiri jika ASII sendiri mulai mengembangkan lini bisnisnya untuk
memperbayak portofolionya demi kelangsungan pertumbuhan perusahaan (mengingat
pertumbuhan otomotif yang belum begitu signifikan).
Disisi lain pada tahun 2017
ini ASII telah melakukan beberapa Aksi Korporasi (setidaknya sampai pertengahan
tahun 2017 ini) seperti :
1. pada awal 2017, anak usaha ASII yakni PT Astratel Nusantara telah
melakukan akuisisi 40% saham PT Baskhara Utama Sedaya yang memiliki 45% saham
sebahai operator toll Cikopo-Palimanan sepanjang 116 Km
2. UNTR melalui PT Unitra Persada Energia memiliki 25% saham PT Bhumi Jati
Power yang akan mengembangkan dan mengoperasikan dua buah pembangkit listrik
dari energi panas bumi yang masing-masing 1000 MW. Kegiatan ini menelan biaya
sekitar USD 4.2 Milliar dan akan mulai beroperasi pada tahun 2021. Dimana PT
Bhumi Jati Power sendiri adalah sebuah perusahaan Joint Venture dengan Sumitomo
Power Corporation dan Kansai Electric Power.
3. UNTR melalui anak usahanya (Cucu Usaha dari ASII) yakni PT Tuah Turangga
Agung menyelesaikan akuisisi atas PT Suprabari Mapanindo Mineral yaitu sebuah
perusahaan tambang batubara di kalimantan tengah
4. Pada mei 2017, Astratel Nusantara menyelesaikan akuisisi atas sisa
saham PT Baskhara Utama Sedaya sebanyak
60% (karena pada awal tahun 2017 Astratel sudah membeli 40% saham Baskhara). Pada
bulan yang sama Astratel meningkatkan kepemilikan atas toll Semarang-Solo sepanjang
73 Km dari 25% menjadi 40%
5. pada Juni 2017 Bank Permata (BNLI) melakukan Rights Issue sebesar Rp 3
Triliun
Dari upaya-upaya perusahaan (melalui anak
usahanya) menunjukkan bahwa perusahaan masih berkomitmen untuk terus bertumbuh.
Ok, sekarang kita ke harga
saham ASII. Saat ini ASII diperdagangkan di harga Rp 7.775 dimana pada harga
tersebut ASII dihargai pada PER 16.83 dan PBV sebesar 2.16 kali. Dimana pada
harga tersebut sebetulnya ASII telah turun dari posisi tertingginya yakni 9.350
atau telah turun lebih dari 16%. Dimana pada penurunan tersebut ASII sempat
menyentuh harga 7.650, pada harga itulah titik kritis ASII untuk saat ini. Jika
penurunan melebihi 7.650 maka ASII dapat menyentuh angka 7.000 yang mana pada
angka tersebut ASII dihargai 2x PBV.