Tren Turun Kinerja PGAS
Perusahaan gas negara atau kita kenal dengan kode
PGAS adalah perusahaan negara / BUMN yang bergerak di industri gas bumi.
Lingkup usaha PGN sendiri mulai dari hulu hingga hilir, sehingga bisa dikatakan
PGAS ini hampir menguasai seluruh aspek bisnis gas bumi. Mulai dari pengolahan,
distribusi, hingga kepada konsumen akhir PGAS melayaninya.
Ruang lingkup PGAS sendiri meliputi industri hulu migas, transportasi gas, pengelolaan jaringan serat optik, properti dan jasa dan lainnya seperti gambar berikut.
![]() |
Sumber : Public Expose PGAS |
Dengan kompleksnya lini bisnis yang
dimiliki PGAS, lalu kenapa PGAS mengalami penurunan laba bersih?
Laba bersih PGAS
sendiri turun dari USD 163.059.454 menjadi USD 57.565.423 atau drop
sebesar 64,7% dan mengakibatkan harga saham PGAS pun drop saat itu juga sebesar
lebih dari 6% dalam sehari dan pada penutupan perdagangan kemarin jumat
08-09-2017 harga PGAS menyentuh harga Rp 1780 per lembarnya atau dijual pada
PBV 1.06 kali dan PER 32.36 kali. Dan sejak awal tahun 2017 harga saham PGAS
telah turun lebih dari 30%.
Okey, kita akan melihat lebih jauh apa sebenarnya
yang membuat laba bersih PGAS drop sampai segitu besarnya.
Kita mulai dari pendapatan perseroan. Pendapatan
perseroan sampai semester pertama 2017 ini adalah sebesar USD 1,41 miliar atau
hanya turun sebesar 1,96% dari USD 1,44 miliar pada periode yang sama tahun
2016. Jika dilihat pada pendapatan perseroan ini maka sebenarnya tampak tidak
ada masalah sama sekali, namun jika kita langsung menuju pada laba bersih perseroan
maka akan ada banyak pertanyaan tentang penurunan laba bersih perusahaan yang
sangat signifikan.
Beban pokok perusahaan sendiri naik namun tidak
signifikan dimana pada tahun 2016 beban pokok perseroan sebesar USD 0,993
miliar dan naik sebesar 3,9% menjadi USD 1,032 miliar. Meski peningkatan beban
pokok perseroan tidak sebegitu besar, namun pada saat yang sama pendapatan
perseroan juga turun jadi secara langsung sangat berpengaruh pada laba bruto
perusahaan.
Jika anda teliti maka anda akan menemukan salah
satu pokok permasalahannya adalah pada pengenaan pajak penghasilan perseroan
yang lebih dari 50% total laba sebelum pajak penghasilan. Dari sini kita
mengetahui bahwa selain penurunan pendapatan perusahaan serta meningkatnya
beban pokok perseroan, ternyata pajak penghasilan perseroan sangat menguras
penghasilan perusahaan. Beberapa beban yang memberatkan keuangan perusahaan
adalah beban distribusi dan transmisi, beban keuangan, beban administrasi dan umum.
Disisi lain ada hal yang menarik dari laporan
keuangan perusahaan, yakni berkurangnya hutang perusahaan sebesar 12,5% dari
total utang perseroan, sedangkan ekuitas perusahaan turun sebesar 2,6% dari
ekuitas tahun 2016 lalu. Dan ternyata utang perseroan yang berkurang itu adalah
pembayaran utang sindikasi perseroan dan diakui sebagai beban pada laporan laba
rugi. Jadi sampai disini jelas sudah bahwa penurunan laba perseroan lebih pada
pencatatan pebayaran utang sindikasi perseroan diakui sebagai beban laba rugi
perseroan.
Penurunan laba bersih perseroan pada kuartal II
ini mengakibatkan ROE perseroan turun drastis menjadi 3,56% dan ini tercatat
sebagai ROE terendah sejak 2012. Memang sejak 2012 laba bersih perusahaan atas
ekuitas terus mengalami penurunan dan wajar jika harga saham PGAS turun dan
kesulitan untuk naik kembali.
Sedangkan dilihat dari market kapitalisasi PGAS
sendiri pada januari 2017 masih tercatat sebesar Rp 69,8 triliun dan pada hari
ini kapitalisasi pasar PGAS sendiri tinggal Rp 43,15 triliun atau turun sebesar
38,2% hanya dalam kurun waktu 7 bulan, dan ini berpotensi terus turun. Dengan
melihat ROE perseroan yang hanya 3 persen maka harga saham PGAS dapat turun
sampai Rp 1.500 per lembar. Dan jika ternyata penurunan harga saham PGAS turun
menembus 1.500 maka kemungkinan PGAS akan turun sampai mendekati 1.000 dan ini
merupakan support kuat sejak 2009. Tapi yah masih jauh bisa membayangkan PGAS
berada diarea 1.000 per lembarnya.