Harga Saham vs Bisnis Perusahaan
Di kalangan para pelaku pasar
modal sering menjadi bahan debat kusir tentang mana yang lebih baik tentang
analisa pergerakan harga saham (Technical Analysis) dengan analisa bisnis
perusahaan (Fundamental Analysis). Dan itu kami rasa akan tetap seperti itu
selama keduanya saling membandingkan guna mencari mana yang lebih baik diantara
keduanya. Terlepas dari semua itu, semua tergantung mana yang membuat Anda
lebih nyaman dan lebih baik. Namun pada kesempatan kali ini kami tidak akan
membahas Technical Analysis (karena memang fokus kami bukan pada analisa harga
saham). Kami akan memberikan gambaran tentang pergerakan harga saham
dibandingkan dengan bisnis perusahaan.
Tahun 2016 lalu kita melihat
pergerakan harga saham yang sangat mengagumkan yang mana dalam setahun harga
sahamnya bergerak sangat fantastis dan
naik berlipat-lipat. Kita sebut saja
NIKL, INAF, dan SMBR (dan masih banyak lagi) ketiga saham tersebut memiliki
fundamental yang bisa kita katakan jelek, tidak memuaskan sama sekali namun
harga sahamnya melejit bak roket. Berbeda dengan kenaikan PPRO yang memang
fundamentalnya cemerlang, ketiga saham tersebut sama sekali jelek, bahkan
seperti itu kehidupan bisnisnya. Kalaupun menghasilkan keuntungan, mereka tidak
bisa konsisten seperti ASII dan lainnya.
Bahkan tahun tersebut bisa
menjadi godaan terbesar bagi para penganut analisis fundamental, karena
kenaikan harga sahamnya yang berlipat-lipat (terlebih INAF dan NIKL). Namun
pada akhirnya harga saham ketiganya kembali turun sesuai dengan fundametalnya.
Maka sekali lagi istilah “harga saham akan mengikuti fundamentalnya” masih dan
akan terus berlaku. Dan mungkin pada kasus-kasus tertentu tetap akan terjadi.
Karena memang market kadang berperilaku seperti yang tidak seharusnya. Mereka
menghargai sebuah saham yang “kosong” tak berisi sebegitu mahalnya dan menarik
banyak pelaku pasar saham untuk ikut serta masuk ke dalamnya. Dan saat harga
saham tersebut masih terus saja naik, maka mereka akan terus senang karena
kenaikan harga dan keuntungan yang dihasilkan dengan sangat cepat. Namun ketika
harga sahamnya turun, pada akhirnya banyak juga yang “nyangkut” sehingga
terkadang banyak juga yang menyalahkan sahamnya dan berperilaku yang tidak
baik.
Bisa kita bayangkan bagaimana
tidak menyenangkannya sebuah saham dalam sebulan mampu memberikan keuntungan
10-30 persen. Bahkan dalam sehari ada saja saham yang naik sampai Auto Reject
Atas (ARA) sehingga hal ini sangat menarik perhatian para pelaku pasar.
Sehingga banyak orang berpikir “begitu mudah menghasilkan uang di saham” dengan
membeli saham-saham gorengan atau saham-saham yang memiliki fundamental buruk
namun ramai diperdagangkan.
Tidak salah memang untuk
masuk ke saham-saham tersebut. Semua tergantung pada diri masing-masing. Namun
mengingat tujuan utama investasi adalah mengamankan dan meningkatkan aset kita,
maka sudah sepatutnya kita mewaspadai dan berhati-hati dalam menentukan
instrumen atau saham apa yang kita jadikan tempat berinvestasi. Maka patutlah
kita sebagai investor untuk berhati-hati dalam memilih. Jangan sampai
kasus-kasus seperti saham RIMO kemarin terulang kembali.
Baiklah, kita harus pahami
bahwa harga saham akan selalu mengikuti fundamentalnya. Maka ketika sebuah
perusahaan mengalami penurunan kinerja saja, harga sahamnya pun akan turun.
Apalagi emiten tiba-tiba langsung mengalami kerugian. Belum lagi
sentimen-sentimen negatif lainnya.
Jika mereka yang pandai
menganalisis menggunakan pergerakan harga saham bisa menghindari penurunan
harga saham, maka sebetulnya dalam analisa fundamental perusahaan kita juga
bisa. Namun memang membutuhkan pengetahuan dan pengalaman yang mencukupi. Atau
memproyeksikan turnaround sebuah bisnis.
Namun tidaklah mudah
berinvestasi yang menggunakan pendekatan bisnis ini, karena kita dituntut untuk
memahami suatu bisnis yang digeluti emiten selain itu pula kita setidaknya
sedikit mengerti tentang bahasa bisnis yakni akuntansi. Dengan memahami
pendekatan rasio keuangan, arus kas, kontrak-kontrak yang dijalin emiten dan
lain sebagainya. Sebagai investor kita juga dituntut untuk memahami
perkembangan bisnis sebuah perusahaan. Belum lagi jika , modal kita kecil
(katakanlah dibawah 100 juta) maka keuntungan 10-20% tidaklah begitu
menggembirakan jika dibandingkan hiruk pikuk di berbagai grup trader yang “terlihat”
begitu mudahnya mendapatkan keuntungan serupa dalam waktu yang sangat singkat.
Namun ada dua hal yang
menjadi keuntungan bagi investor dengan pendekatan bisnis yakni waktu dan aset.
Waktu dan aset (portofolio)
ini memiliki pergerakan yang searah selama kita berinvestasi dengan benar. Semakin
lama kita berinvestasi dengan pertumbuhan yang konstan maka akan lebih mudah
mengelolanya bagi investor dibandingkan trader. Trader memiliki kesulitan jika
modal mereka lumayan besar (katakan beberapa milyar) dibanding investor. Karena
trader akan mudah terlihat oleh trader lain jika membeli sebuah saham dengan nominal
uang yang besar (dibanding nilai transaksi harian saham tersebut) dan ini bisa
dimanfaatkan oleh trader lain. Sedangkan investor dengan dana triliunan pun
tidak begitu sulit karena fokusnya adalah pada bisnis dan perkembangan
perusahaan. Sehingga tidak menjadi masalah bagi investor untuk menyimpan saham
dalam jangka waktu tahunan.
Memahami sebuah bisnis dari
satu perusahaan tidak semudah Anda melihat pergerakan harga. Membutuhkan effort
lebih seperti membaca laporan keuangan, memahami model bisnisnya, proses
bisnis, dan lain sebagainya apalagi jika Anda masih dalam tahap permulaan dalam
berinvestasi. Karena mereka yang masih pemula (termasuk kami dulu juga begitu)
selalu menginginkan mendapatkan keuntungan singkat. Namun percayalah bahwa sesuatu yang didapat dengan cepat, akan
hilang dengan cepat pula.
Seperti sebuah konstruksi
bangunan, yang seharusnya (perkiraan dalam pernecanaan) bangunan tersebut dapat
diselesaikan selama 100 hari, namun karena satu dan lain hal proyek tersebut
harus selesai dalam 60 hari. Maka sudah bisa dipastikan akan ada penurunan
kualitas baik itu komposisi bangunannya maupun perencanaannya. Begitu juga
dalam berinvestasi. Jika ia kita dapatkan dengan mudah maka kemungkinan hilang
dengan mudah pun terbuka lebar. Karena ketika kita berpatokan pada fluktuasi
harga maka kita harus bersiap dengan naik turunnya yang sering kali membuat
spot jantung. Sedangkan ketika kita berinvestasi berdasarkan fundamental
perusahaan dan bisnisnya maka kita akan mengmabil keputusan berdasarkan
fakta-fakta dan alasan bisnis yang memiliki rentang waktu yang cukup untuk berpikir.
Menjadi sebuah catatan,
sering kita melihat sebuah saham bergerak liar meroket ke atas tanpa didukung
fundamental perusahaan. Bahkan banyak saham yang memiliki fundamental yang
bagus namun tidak bergerak sama sekali. Ini yang menjadi dilema bagi mereka
yang akan mendalami fundamental analysis. Sedangkan pendekatan harga saham
tidak begitu memusingkan hal-hal tersebut, selama saham tersebut likuid dan
terpenuhinya kaidah-kaidah dalam technical analysis maka itu bisa dijadikan
tempat berinvestasi.
Maka perlu keteguhan dan
kesungguhan kita yang menggunakan pendekatan fundamental dalam berinvestasi. Satu
hal yang harus kita pegang teguh dalam berinvestasi selain berinvestasi dengan
benar adalah “berkembangnya aset (portofolio) kita”. Tidak peduli naik dua
digit atau lebih digit, selama kita berinvestasi dengan benar, dan terus berkembang
dengan konsisten, maka percayalah di depan akan ada sebuah pohon besar nan
teduh lagi semilir karena angin sepoi-sepoi yang menanti Anda.
Kebiasaan kita dalam membaca
laporan keuangan dan laporan-laporan lainnya akan membuat kita dengan mudah menilai
sebuah saham bagus atau tidak, prospek atau tidak. Karena semua data yang kita
butuhkan sebenarnya telah ada dalam otak kita. Kita hanya perlu memanggilnya
dengan membaca laporan keuangan terbaru.
Lalu mana yang lebih baik? Fokus pada harga saham atau
bisnis perusahaan?
Jika pertanyaan itu Anda tujukan
kepada kami, maka yang kedua adalah jawabannya. Namun akan berbeda jika
pertanyaan itu Anda tujukan kepada mereka yang fokus pada pergerakan harga
saham. Kami akan membuatkan sedikit gambaran singkat keduanya yang setidaknya
adil menurut kami (jika ada yang perlu dikoreksi atau ditambahkan silakan tulis
di kolom komentar).
Mereka yang fokus pada
pergerakan harga dan memang sudah ahli maka menghasilkan return sebesar 20%
dalam setahun bukanlah perkara sulit. Mudah melihat perubahan tren pergerakan indeks,
perubahan sektor unggulan dalam indeks. Namun Anda akan diminta waktu lebih
untuk memantau harga dan akan dapat mengganggu psikologis Anda ketika harga
saham berbalik arah.
Sedangkan mereka yang fokus
pada bisnis perusahaan, mereka memiliki waktu yang lebih banyak untuk kegiatan
lain. Selama bisnis atau fundamental perusahaan tidak berubah maka mereka akan
tetap menyimpannya bahkan menambah porsi kepemilikan pada saat harganya turun. Sedangkan
keuntungan yang dihasilkan oleh investor “bagi trader” tidaklah mengagumkan dan
biasa-biasa saja. Karena memang mereka terbiasa dengan profit yang besar.